Total Tayangan Halaman

Pengikut

Navigation

MAKALAH CARA MEMBENTUK FONEM BAHASA INDONESIA


MAKALAH CARA MEMBENTUK FONEM BAHASA INDONESIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kajian Kebahasaan
Dosen Pengampu : Putri Hana Pebriana, M.Pd


DISUSUN OLEH :

WAHYUNI NURLINA SARI
1786206131


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2018



KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen mata kuliah Kajian Kebahasaan.
Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan materi serta informasi dari berbagai media yang berhubungan dengan materi. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Kajian Kebahasaan atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan pembaca. Dan penulis berharap bagi pembaca untuk dapat memberikan pandangan dan wawasan agar makalah ini menjadi lebih sempurna.







Bangkinang, Mei 2018

Kelompok 3



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................   i
DAFTAR ISI.....................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................   1  
B.     Rumusan Masalah.............................................................................   1
C.     Tujuan...............................................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengaruh dan realisasi bunyi bahasa transkripsi dan transliterasi...........   2
B.     Pengaruh mempengaruhi bunyi...............................................................   3
C.     Pengaruh bunyi karna distribusi..............................................................   4
D.    Transkripsi...............................................................................................   6
E.     Transliterasi.............................................................................................   7
F.      Bunyi suprasegmental.............................................................................   7

BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.............................................................................................   12
B.     Saran.......................................................................................................   12
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bunyi bahasa tidak bisa lepas dari yang satu terhadap yang lain. Alat ucap dalam membentuk bunyi bahasa yang satu dengan alat ucap yang membentuk bahasa yang lain saling pengaruh mempengaruhi. Baik pada kegiatan alat ucap dalam membentuk bunyi yang mendahulu maupun yang mengikutinya. Berikut diuraikan tentang pengaruh-mempengaruhi bunyi dan pengaruh bunyi karena distribusi. Serta akan diuraikan tentang transkripsi dan transliterasi

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengaruh dan realisasi bunyi bahasa transkripsi dan   transliterasi bunyi ?
2.      Apa yang dimaksud dengan transkripsi ?
3.      Apa yang dimaksud dengan transliterasi ?
4.      Apa yang dimaksud dengan bunyi suprasegmental ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa pengaruh dan realisasi bunyi bahasa transkripsi dan transliterasi bunyi.
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transkripsi.
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transliterasi.
4.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan suprasegmental





BAB II
PEMBAHASAN
CARA MEMBENTUK FONEM BAHASA INDONESIA
1.      Pengaruh dan Realisasi Bunyi Bahasa Transkripsi dan Transliterasi Bunyi
Bunyi bahasa tidak bisa lepas dari yang satu terhadap yang lain. Alat ucap dalam membentuk bunyi bahasa yang satu dengan alat ucap yang membentuk bahasa yang lain saling pengaruh mempengaruhi. Baik pada kegiatan alat ucap dalam membentuk bunyi yang mendahulu maupun yang mengikutinya. Berikut diuraikan tentang pengaruh-mempengaruhi bunyi dan pengaruh bunyi karena distribusi. Serta akan diuraikan tentang transkripsi dan transliterasi.
2.      Pengaruh-Mempengaruhi Bunyi
Dapat ditinjau dari dua segi, yaitu :
a.      Proses Asimilasi
Proses asimilasi adalah akibat dari pengaruh-mempengaruhi bunyi tanpa mengubah identitas fonem. Proses asimilasi menurut arahnya dibagi menjadi dua, yaitu :
1.      Asimilasi Progresif
Terjadi bila arah pengaruh bunyi itu ke depan. Yaitu perubahan letup apiko-dental [t] menjadi letup lamini-alveolar [t], karena pengaruh progesif bunyi geseran lamino-alveolar. Contohnya pada kata “ stasiun “.
2.      Asimilasi Regresif
Terjadi bila arah pengaruh bunyi itu ke belakang. Yaitu perubahan nasal apiko-alveolar menjadi nasal apiko-palatal [n], karena pengaruh regresif dan bunyi letup palatal [d]. Contohnya pada kata “ pandan “ dalam bahasa Indonesia ialah [pandan] dan dalam bahasa Jawa ialah [pandhan].
b.      Artikulasi Penyerta
Adalah tempat artikulasi yang mana mempengaruhi. Bunyi [k] pada kata kucing (bahasa Indonesia/Jawa) dengan kidang (bahasa Jawa) berbeda, karena [u] vocal yang langsung mengikuti [k] merupakan vocal belakang bulat, maka [k] dalam kucing diucapkan dengan lidah lebih ke belakang dan bentuk bibir bulat agak dimoncongkan. Sementara [k] kidang, karena [i], vocal yang mengiktuinya merupakan vocal depan tak bulat, maka [k] diucapkan dengan lidah ke depan dan bentuk bibir tidak bulat. Menurut artikulasinya, proses bunyi karena artikulasi penyerta dapat dibagi menjadi :
1.      Labialisasi
Adalah pembulatan bibir pada artikulasi primer, sehingga terdengar bunyi [w] pada bunyi utama. Kecuali bunyi labial dapat disertai labilisasi. Contohnya bunyi [t] pada kata tujuan (bahasa Indonesia/Jawa) terdengar [tw].
2.      Retrofleksi
Adalah penarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer, sehingga terdengar bunyi [r] pada bunyi utamanya. Kecuali bunyi apical dapat disetai retrofleksi. contohnya kata kerdus, [k] diretrofleksi terdengar [kr].
3.      Patalisasi
Adalah pengangkatan daun lidah kearah langit-langit keras pada artikulasi primer. Kecuali bunyi palatal dapat disertai patalisasi. Contohnya bunyi [p] pada kata piara, [p] dipatalisasi terdengar [py].
4.      Velarisasi
Adalah pengangkatan pangkal lidah kearah lagit-langit lunak pada artikulasi primer. Kecuali bunyi velar dapat divelarisasi. Contonya bunyi [m] pada kata makhluk, [m] divelarisasi terdengar [mx].
5.      Glotalisasi
Adalah proses penyerta hambatan pada glottis (glottis tertutup rapat) sewaktu artikulasi primer diucapkan. Kecuali bunyi glottal dapat di glotalisasi. Contohnya dalam bahasa Indonesia kata akan diucapkan [?akan]. Dalam bahasa Jawa arep diucapkan [?arәp] dan ana diucapkan [כnכ]

3.      Pengaruh Bunyi Karna Distribusi
Berada pada awal, tengah, akhir, atau berada sebelum bunyi tertentu, juga serung menentukan perwujudan bunyi; sehingga menyebabkan prose-proses sebagai berikut :
a.       Aspirasi
Adalah pengucapan bunyi disertai dengan hembusan keluarnya udara dengan kuat sehingga terdengar bunyi [h]. Misalnya, bunyi konsonan letup bersuara [b, d, d, j, g ] dalam bahasa Jawa berdistribusi pada awal dan tengah (awal suku kata) diaspirasikan sehingga terdengar sebagai [bh, dh, dh, jh,gh ].Tapi jika konsonan letup itu (seperti [ b, d, g ]) berada pada pengunci kata, misalnya dialek Jawa (Banyumas dan Tegal), konsonan letup itu diucapkan tanpa aspirasi. Dalam bahasa Inggris konsonan letup tak bersuara [p, t, k] berdistribusi pasa awal suku kata langsung diikuti oleh vocal keras bertekanan diucapkan dengan aspirasi kuat, sehingga terdengar [ph, th, kh]. Bila konsonan letup tak bersuara itu berada pada pengunci kata atau sesudah bunyi lamino-alveolar [s] (misalnya dalam kata stop, spore, score) maka aspirat itu menghilang. Bunyi aspirat adalah bunyi yang beraspirasi.
b.      Lepas atau Pelepasan (release)
Adalah pengucapan bunyi hambat letup yang seharusnya dihambat atau diletupkan tetapi tidak dihambat atau diletupkan, dan dengan serentak bunyi berikutnya diucapkan. Jadi hambatan atau letupan itu dilepaskan atau dibebaskan. Menurut jenisnya, pelepasan dibagi menjadi :
1.      Lepas Tajam (sharp release)
Adalah lepas penuh atau pelepasan alat-alat artikulasi dari titik artikulasiinya terjadi secara tajam. Contohnya dalam bahasa Indonesia, Angkola, Semende, Kendayan dan Jawa bila berada pada pengunci kata, maka proses letupannya dihilangkan. Bunyi lepas ditandai dengan [ - ] diatas bunyi yang dilepaskann misal, [ p-, t-, k- ].
2.      Lepas Nasal (nasal release)
Adalah pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi nasal di depannya. Letupannya dilepaskan melalui keluarnya udara lewat rongga hidung, jika bunyi hambat letup itu berdistribusi sebelum bunyi nasal yang homorgan. Ditandai dengan [Nasal] di atas samping kanan bunyi yang dilepas nasalkan, misalnya [pm] ([p] lepas nasal [m]), [tn] lepas nasal [n]).
Contoh :
Bahasa Indonesia : tatap muka ([pm])
tempat nenek ([tn])
Bahasa Jawa : derep maneh”menuai lagi” ([pm])
serat nanas “serat nanas” ([tn])
Bahasa Inggris : topmost ([pm])
button ([tn])
Lepas nasal ini hampir sama dengan proses asimilasi regresif.
3.      Lepas Sampingan (lateral release)
Pelepasan yang terjadi karena adanya bunyi sampingan di depannya. Letupannya dapat dilepaskan secara sampingan bila konsonan letup berdistribusi sebelum bunyi sampingan [l]. Lepas sampingan ditandai dengan [l] diatas samping kanan dar bunyi yang dilepassampingkan, missal [tl] ([t] lepas sampingan), [dl] ([d] lepas sampingan ).
Contoh :
Bahasa Indonesia : cukup luas ([pl])
cepat lupa ([tl])
Bahasa Jawa : tutup lawang “tutup pintu” ([pl])
pedhet lemu “anak lembu” ([tl])
Bahasa Inggris : oddly ([dl])
atlas ([tl]).
Lepas sampingan ini hamper sama dengan proses asimilasi regresif.

c.       Panduanisasi atau Pengafrikatan
Bunyi hambat letup yang seharusnya dihambat dan diletupkan tidak diletupkan, melainkan setelah hambatan lalu dilepaskan secara bergeser pelan-pelan. Proses yang kedua menyebabkan adanya penyempitan jalannya arus udara, sehingga udara terpaksa keluar dan bergeser. Jadi akulturasinya lalu menjadi hambat geseran bukan hambat letupan. Gabungan antara hambat dan geseran disebut paduan atau afrikat. Prosesnya disebut Panduanisasi atau pengafrikatan.
Contoh :
Bahasa Indonesia : hebat diucapkan [hebats] ([t] dipadukan)
alat diucapkan [alats] ([t] dipadukan)
Bahasa Jawa : papat “empat” diucapkan [papats] ([t] dipadukan)
mantep “mantap” diucapkan [manteps] ([p] dipadukan).

4.      Transkripsi
Adalah penulisan tuturan atau pengubahan teks dengan tujuan untuk menyarankan : lafal bunyi, fonem, morfem, atau tulisan sesuaidengan ejaan yang berlaku dalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya. Menurut tujuannya,transkripsi dibagi :
a.       Transkripsi fonetis, yaitu penulisan pengubahan menurut bunyi, ditandai dengan [. . .]
b.      Transkripsi fonemis,yaitu penulisan pengubahan menurut fonem, ditandai dengan /. . ./
c.       Transkripsi morfemis, yaitu penulisan pengubahan menurut morfem, ditandai {. . .}
d.      Transkripsi otografis, yaitu penulisan pengubahan menurut huruf dan ejaan bahasa yang menjadi tujuannya.

5.      Transliterasi
Adalah penggantian huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain, tanpa menghiraukan lafal bunyi kata yang bersangkutan. Misalnya, transliterasi huruf abjad Jawa, Jawa Kuno, Batak, Rejang, Bali, Tamil, Arab, Dewanagari, dan sebagainya dialihkan ke huruf abjad latin.

6.      Bunyi Suprasegmental
Bunyi Suprasegmental adalah bunyi yang menyertai bunyi segmental.Dengan beberapa unsur yang menyertainya.Unsur-unsur tersebut sebagai berikut :
a.       Tekanan (stress)
Tekanan kata dalam bahasa Indonesia disebut Tonotemporal yaitu sejenis kemenonjolan lebih banyak ditandai oleh tinggi nada (bersifat temporal) dan rentang waktu tempat suku kata bertekanan diucapkan (bersifat temporal). Macam-macam tekanan:
1.      Tekanan keras (bertekanan) → [...∕ ..]
2.      Tekanan lunak (tak bertekanan) → tanpa tanda diakritik
Tekanan dalam bahasa Indonesia bersifat Nondistingtif (tidak membedakan makna)
Contoh dalam bahasa inggris:
a.         R′efuse → tekanan pada suku kata pertama
Menyatakan kata benda ‘sampah’
b.         Refu′se → tekanan pada suku kata terakhir
Menyatakan kata kerja ‘menolak’
b.      Jangka/Rentang waktu/Durasi (Duration)
Adalah panjang/lama waktu yang diperlukan untuk mengujarkan sebuah bunyi bahasa yaitu vocal. Jangka dalam bahasa Indonesia bersifat nondistingtif. Jangka disimbolkan dengan tanda titik [.] dengan jumlah tertentu yang diletakkan di belakang fonem vocal.
Tanda ini disebut mora [.] atau [..‾..]
Tanda titik satu [.] → satu mora
Tanda titik dua [:] → dua mora
Tanda titik tiga [:.] → tiga mora
Contoh dalam bahasa tagalong:
1. [Kaibi:gan] → teman
2. [Kai:bigan] → kekasih
c.       Nada (Spitch)
Adalah tinggi rendahnya bunyi ujaran.Hal ini disebabkan oleh adanya factor ketegangan pita suara,arus udara,dan posisi pita suara ketika bunyi itu diucapkan.Makin tegang pita suara yang disebabkan oleh kenaikan arus udara dari paru-paru,makin tinggi pula nada bunyi tersebut.Begitu juga posisi pita suara.Pita suara yang bergetar lebih cepat akan menentukan tinggi nada suara ketika berfonasi. Tanda fonetis untuk menyatakan nada:
Tanda /v/ menyatakan fonem segmental vokal 
/v1/ → nada rendah
/v2/ → nada sedang
/v3/ → nada tinggi
/v4/ → nada sangat tinggi
Contoh dalam bahasa Vietnam:
1. [ma1] → hantu
2. [ma2] → memeriksa
3. [ma3] → tetapi
4. [ma4] → makam
d.      Sendi (Juncture) dan Jeda (Pause)
Sendi adalah peralihan dari satu bunyi ke bunyi yang lain dengan terdapat perhentian sejenak. Macam-macam sendi:
1. Sendi tutup (close juncture) yaitu sendi yang ada di dalam kata
2. Sendi buka (open juncture) yaitu sendi yang mengakhiri kata
3. Sendi buka dalam (internal open juncture) yaitu sendi buka yang menandai peralihan di dalam kata.
Contoh:
1.      Kemeja
Sendi yang terjadi yaitu /ke/ dengan /me/ dan /me/ dengan /ja/.Sendi /ke/ dengan /me/ dan /me/ dengan /ja/ disebut sendi tutup.Sedangkan sendi sebelum /ke/ dan sesudah /ja/ disebut sendi buka.
2.      Beruang
memiliki uang Beruang → nama binatang
Sendi sebelum /u/ lebih panjang untuk kata pertama daripada kata kedua. Simbol secara fonetis untuk menandakan sendi :
1. Sendi tutup → tanda palang (+)
2. Sendi buka → tanpa symbol
Misal: ke + meja (ia melempar uang logam ke meja itu)
Jeda adalah perhentian yang menandai batas terminal intonasi kalimat. Macam-macam jeda :
1.      Jeda final yaitu perhentian berada di akhir kalimat dan menandai intonasi berakhir
2.      Jeda nonfinal yaitu perhentian berada di tengah kalimat yang menandai frase tertentu
Notasi yang digunankan :
1.      Jeda final → palang ganda ( # )
2.      Jeda  nonfinal → garis miring ( / )
Contoh :
1.      # guru / baru datang #
2.      guru baru / datang #, jadi jeda dalam bahasa indonesia berperan menentukan makna kalimat
e.       Aksen (Accent)
Adalah perpaduan antara tekanan dengan nada.Aksen merupakan tekanan dalam kalimat artinya pada aksen,tekanan jatuh pada kata tertentu dalam sebuah kalimat.
Fungsi aksen yaitu menunjukkan bagian yang terpenting oleh penuturnya.Notasi yang digunakan berupa garis memanjang yang diletakkan di bawah bunyi segmental.
Contoh :
1. Bapak sedang bekerja di pasar (bukan saya atau ibu)
2. Bapak sedang bekerja di pasar (bukan ingin atau telah) 
f.        Intonasi
Adalah naik atau turunnya nada dalam pelafalan kalimat.Atau perubahan titinada dalam berbicara.Intonasi merupakan perpaduan antara nada,jangka,tekanan,dan jeda dalam suatu perwujudan.Intonasi dapat menentukan ragam kalimat deklaratif (berita),introgatif (tanya),dan imperatif (perintah).
Contoh :
Ellyas Pical menang.
Jika diucapkan dengan intonasi menurun/naik maka memberikan arti pertanyaan.Namun jika kata menang mendapat tekanan,maka menyatakan kalimat deklaratif.
g.      Ritme
Adalah pola pemberian tekanan pada kata dalam kalimat.Atau ritme merupakan perpaduan antara jangka dan tekanan.
Dalam bahasa Indonesia ritme didasarkan pada jumlah suku kata yang ada dalam kalimat.
Contoh :
1.      John disini kini
2.      Guru besar itu di Bandung malam ini
Kedua kalimat diucapkan dalam waktu yang berbeda. Kalimat
(1)   terdiri atas 6 suku kata yang diucapkan lebih pendek daripada kalimat (2) yang terdii atas 13 suku kata.












BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Bunyi bahasa tidak bisa lepas dari yang satu terhadap yang lain. Alat ucap dalam membentuk bunyi bahasa yang satu dengan alat ucap yang membentuk bahasa yang lain saling pengaruh mempengaruhi. Baik pada kegiatan alat ucap dalam membentuk bunyi yang mendahulu maupun yang mengikutinya. Berikut diuraikan tentang pengaruh-mempengaruhi bunyi dan pengaruh bunyi karena distribusi.

B.     SARAN
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terbatas dari keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Heri Indra. (2016). [Online]. Pengaruh Bunyi Trankripsi. Tersedia dalam: http://www.gurungapak.com/2016/11/pengaruh-binyi-transkripsi-dan.html [diakses 30April2018]
Hernanda, Uliyati. (2009). [Online]. Bunyi Suprasegmental. Tersedia dalam :http://uliyati-ingenue.blogspot.co.id/2009/12/bunyi-suprasegmental.html[diakses 30 April 2018]


Share
Banner

Post A Comment:

0 comments: